SELAMAT DATANG

Terima Kasih dan Selamat Datang di Bung Joss.

Ini adalah media pembelajar. Anda bisa belajar dan sekaligus anda juga bisa mengajar.

Itulah esensi sebuah semangat berbagi yang coba saya kembangkan di blog ini.

Akhirnya, semoga blog ini berarti bagi anda dan saya. Terima kasih.

Salam Joss....

08 November, 2010

TIDUR, MIMPI DAN BAWAH SADAR, APA HUBUNGANNYA ?


Banyak diantara kita yang seringkali penasaran dengan mimpinya sendiri, lalu berusaha kesana dan kemari mencoba mencari apa makna yang terkandung dibalik mimpi. Tetapi ada juga yang bersikap biasa-biasa saja walau sebenarnya dalam tidur malamnya dia telah memimpikan sesuatu yang 'luar biasa'. Ada yang berkomentar, "Akh, apalah artinya sebuah mimpi? Mimpi kan hanyalah sekedar bunga tidur!" Catatan ini tak hendak mengurai makna mimpi, tetapi sekedar mencoba menjawab pertanyaan seorang sahabat (Elida Fitri) di forum diskusi group Komunitas Bawah Sadar, tentang bagaimana sebenarnya mekanisme mimpi, atau secara sederhana bagaimana mimpi itu terjadi saat seseorang sedang tidur serta apakah mimpi itu terjadi karena alam pikir kita yang tak terlampiaskan. Saya bukanlah seorang penafsir mimpi, maka barangkali dalam catatan ini saya hanya sekedar membagi apa yang saya pahami secara scientific tentang tidur, mimpi dan bawah sadar, sejauh proses pembelajaran saya.

Sebelum mengurai tentang mimpi, barangkali pada kesempatan pertama saya perlu menjelaskan tentang tidur, karena sesungguhnya tidur dan mimpi bagaikan dua sejoli yang hampir setiap waktu selalu bersama dan memiliki hubungan yang sangat manis. Tidur merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang berubah. Kondisi seseorang yang sedang tidur sesungguhnya dapat dipelajari dengan bantuan sebuah alat yang disebut electroencelofalograf (EEG), yang mengukur perubahan elektris pada kulit kepala yang dihubungkan denga aktifitas otak yang menghasilkan pola gelombang tertentu. Tidur dalam konteks ini bukanlah berarti kita tidak bergerak sama sekali secara fisiologis, juga bukan berarti hilangnya kepekaan pada realitas lingkungan. Pada tahap tertentu, seseorang bisa saja dapat berjalan dalam tidurnya dan bisa juga sewaktu-waktu bangun sesuai keinginannya. Analisa pola gelombang otak yang diukur dengan EEG menunjukkan adanya 5 tahapan tidur, 4 tahap berkaitan dengan kepulasan tidur dan tahap ke-5 disebut tidur REM (Rapid Eye Movement), yaitu tidur dengan gerakan mata yang cepat. Bila seseorang dalam keadaan jaga lalu menutup matanya dan rileks, gelombang otaknya yang bermain adalah alfa dan ini adalah tahap pertama. Saat mulai tidur, gelombang otaknya yang aktif disebut theta, ini adalah tahap kedua. Pada saat orang tidur dengan penuh kepulasan, yaitu pada tahap ketiga dan keempat, gelombang otaknya menjadi lebih lemah (delta). Nah, setelah melewati jam pertama dalam tidurnya, pola gelombang otak pada tahap pertama kembali aktif, tetapi yang bersangkutan tetap dalam kondisi tidur dan diikuti dengan gerakan mata yang cepat atau tidur REM. Tahap ini berselang-seling satu sama lain sepanjang malam saat kita tidur. Mimpi lebih sering terjadi sepanjang tahap tidur REM, dan mimpi yang terjadi pada saat tidur REM ini biasanya lebih mudah diingat. 
Tentang gelombang otak, mungkin perlu sedikit uraian lebih lanjut. Saat seseorang dalam kondisi tidur dan saat seseorang dalam kondisi hypnosis, pola gelombang otaknya dapat dikatakan hampir sama atau bahkan sama. Seperti telah dijelaskan diatas, berkaitan dengan kondisi kesadaran seseorang, pengukuran gelombang otak dengan EEG menunjukkan ada 4 pola gelombang, yaitu beta, alfa, theta dan delta. Beta merupakan gelombang otak yang paling banyak aktif ketika kita dalam kondisi sadar. Beta dihasilkan oleh aktifitas berpikir. Kisaran frekuensinya antara 12 – 15 Hz. Beta yang sangat tinggi berhubungan dengan kecemasan atau perasaan panik. Alfa merupakan gelombang otak yang aktif saat kita dalam kondis rileks, melamun, atau berfantasi. Frekuensi alfa berkisar antara 8 – 12 Hz dan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar/nirsadar. Alfa sangat penting karena membuat kita mampu menyadari apa yang sedang terjadi dengan diri kita saat dalam kondisi meditasi yang sangat dalam ataupun saat kita bermimpi. Theta merupakan gelombang otak yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar, dengan frekuensi 4 – 8 Hz. Theta muncul saat kita bermimpi dan atau saat kita dalam tahap tidur REM. Pikiran bawah sadar mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai tempat menyimpan memori, emosi, persepsi, kepribadian, intuisi, dan masih banyak lagi. Jadi, jika hanya theta saja yang aktif dan tidak ada alfa atau beta maka informasi dari pikiran bawah sadar tidak bisa diakses dan dimengerti. Theta juga merupakan frekuensi yang menentukan level kedalaman meditasi atau khusyuk seseorang. Melalui gelombang theta kita menciptakan dan mengalami hubungan spiritual yang paling kuat, paling dalam, dan berkesan. Delta merupakan gelombang yang paling lambat dan paling rendah frekuensinya, yaitu 0,5 – 4 Hz dan merupakan wilayah pikiran nirsadar (unconscious). Biasanya orang tidur dalam tanpa mimpi saat gelombang Delta aktif dan dominan. Pada orang tertentu gelombang delta mereka sangat aktif walaupun mereka dalam kondisi bangun/sadar.Orang seperti ini cenderung memliki intuisi, empati, dan insting yang baik. Singkatnya begini : secara alamiah, saat kita mau tidur sampai tidur, secara berturut-turut gelombang otak akan turun dari beta, alfa, theta dan akhirnya di delta saat tidur pulas tanpa mimpi. Demikian juga saat kita bangun dari tidur, maka gelombang otak akan naik dari delta, menuju theta, alfa dan akhirnya sampai di beta dan kita dalam kesadaran penuh alias terjaga dan bangun.
Kembali ke persoalan seputar mimpi. Mimpi memang telah melewati perjalanan panjang dalam diskursus para ahli. Mimpi merupakan perubahan kesadaran saat bayangan yang diingat dan fantasi sementara bercampur dengan kenyataan luar. Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisa, yang juga banyak menimbulkan kontroversi dengan teori-teorinya, membedakan antara isi mimpi yang nyata (manifest content) dan isi mimpi yang laten, dengan menyatakan bahwa mimpi merupakan sebuah harapan yang terselubung. Barangkali maksudnya demikian, isi mimpi yang nyata berkaitan dengan pengalaman keseharian seseorang sementara isi mimpi yang laten berkaitan dengan harapan atau kebutuhan yang ditekan (represses) dari pikiran sadar. Contoh sederhananya begini, siang hari atau beberapa saat sebelum tidur kita mengalami sebuah peristiwa yang menimbulkan gejolak emosi yang cukup intens (bisa positif – bisa negatif). Nah, pengalaman ini bisa terbawa dalam mimpi saat malam hari ketika kita tidur (manifest content). Sementara itu, ketika kita memikirkan sebuah hasil nyata (outcome) dari usaha,  misalnya memiliki sebuah rumah, dan kita terus memikirkannya dengan melibatkan segenap emosi positif berenergi tinggi (cinta, kasih sayang, bangga), maka outcome ini bisa terbawa dalam mimpi saat kita tidur (isi mimpi laten). Jadi, hemat saya, benar kalau dikatakan oleh Elida bawah mimpi terjadi dalam pikiran bawah sadar kita. Pertanyaan penting dan dapat menggelitik berkaitan dengan konteks ini, dapatkah kita menciptakan mimpi kita dan membuat mimpi menjadi kenyataan? Jika teman-teman mencermati uraian saya diatas dan beberapa catatan saya di forum diskusi Komunitas Bawah Sadar (Facebook), maka saya percaya teman-teman dapat menjawabnya. Bahkan saya juga percaya, teman-teman dapat sampai pada sebuah titik kesadaran, dimana sesungguhnya mimpi dapat menjadi kenyataan. Jadi, bermimpilah.. maka Tuhan akan memeluk mimpimu, seperti sebuah frasa dalam buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Semoga catatan singkat ini bermanfaat, selamat bermimpi dan….Salam Joss….. (Yoseph Tien, dari berbagai sumber pembelajaran).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar