SELAMAT DATANG

Terima Kasih dan Selamat Datang di Bung Joss.

Ini adalah media pembelajar. Anda bisa belajar dan sekaligus anda juga bisa mengajar.

Itulah esensi sebuah semangat berbagi yang coba saya kembangkan di blog ini.

Akhirnya, semoga blog ini berarti bagi anda dan saya. Terima kasih.

Salam Joss....

08 November, 2010

OUTBOUND AMPUN-AMPUNAN


Seorang sahabat mengirimkan pesan pendek yang urusannnya bisa menjadi panjang. Pesannya, apakah  saya bisa memberi inspirasi suatu outbound dengan teaching point "pengampunan?" nah pendek khan pesannya. Tetapi mengapa bisa menjadi panjang urusannya? Karena "pesanan" tersebut unik sekaligus menantang. Pesanan yang sudah sangat jamak misalnya Outbound ber"teaching point" kepemimpinan atau teamwork, demikian juga jika untuk menjalin persatuan dan kesatuan, tapi "pengampunan" ya ampuuunnn. Untunglah beberapa hari saya mencari inspirasi, ada yang nyangkut di kepala ini, hal yang membuat urusan menjadi pendek sekarang. Apa artinya itu? Artinya yha saya akan jelaskan seperti apa gerangan outbound pengampunan itu, jelas? Lha jelas dari mana, wong penjelasannya saja belum diberikan, Ow ow…
Mengampuni
Jenis outbound ini, Pengampunan, lebih menekankan proses dan emosi daripada sekedar kompres (kompensasi prestasi). Sebelum ditelisik (dan terjerumus lebih dalam) baik adanya jika kita bedah dulu konteks pengampunan itu. Pengampunan adalah "kata benda" yang jika dikata-kerjakan adalah "mengampuni." Kini urusan agak memendek, outbound pengampunan adalah aktivitas yang bertema peserta yang mengampuni. Mengampuni, hmmmm, kata ini agak janggal dibandingkan "memaafkan" tetapi bisakah mengampuni dipersamakan dan dipertukarkan dengan memaafkan? Bagi saya dalam konteks outbound, bisa, sembari menyadari peluang bahwa dalam konteks yang lain, itu berpotensi diperdebatkan. Namun saya tidak mau berdebat tentang hal itu, mengapa? Yha karena bagi saya itu bisa disamakan, selesai. Lebih jelas kini, bahwa outbound pengampunan akan berisi proses memaafkan oleh peserta. Frasa yang enak diucap dan ditulis, namun yakinlah mengandung misteri, eh, pertanyaan disana. Memaafkan/ mengampuni siapa? Karena apa? Lalu baru muncul pertanyaan, bagaimana caranya? Deretan kata tanya itulah yang hendak saya jelaskan sekejap lagi.
Orang memafkan biasanya karena ada suatu kesalahan, jelas itu. Persoalannya adalah siapa yang salah, dan dalam hal apa dia salah? KESALAHAN, itulah biang keroknya, apa itu kesalahan? Wah bisa panjang ceritanya bila diuraikan, karena mungkin banyak konsep yang saling tidak akor tentang hal tersebut. Kita mau yang akor-akor saja khan? Gini… (Anggaplah) dalam konteks outbound, kesalahan adalah sesuatu yang dilakukan/ atau tidak dilakukan sehingga menyebabkan "kompres" permainan outbound rendah. Contohnya apa? Misalnya, strategi yang keliru, bikin permainan tidak bisa diselesaikan, instruksi malah bikin anggota tim celaka dan stress, salah ambil tindakan bisa bikin usaha kelompok rusak, kesembronoan (salah seorang peserta) bisa bikin komposisi berantakan lagi, dan sebagainya. Contoh-contoh tadi akan lebih nyata bila sudah diterapkan pada jenis permainan/ dinamika outboundnya.
Sekarang urusan makin memendek, kawan. Kesalahan sudah teridentifaksi, yang otomatis ada si "tersangka" yang melakukannya, entah karena faktor ketidaksengajaan, maupun ketidaktahuan. Mungkin "tersangka" kita adalah ketua kelompok, salah satu anggota, salah berapa anggota, atau bahkan seluruh anggota kelompok.  Skenario outbound ini adalah membuat tersangka jadi terdakwa, kemudian jadi pelaku, wihhh, serem nian. Efek sebuah kesalahan berupa sanksi atau hukuman akan ditanggung oleh seluruh anggota kelompok, tak peduli siapa yang melakukan kesalahan. Buatlah kompensasi prestasi yang membuat anggota kelompok, terutama yang merasa tidak bersalah jadi gondok/ sebel. Barangkali yang ada di benaknya begini "Sialan, gara-gara si Polan bikin kesalahan konyol tadi, kita semua nih  kena sanksi. Padahal sudah berkali-kali diingatkan supaya hati-hati, huh, dasar di Polan, bikin susah saja."
Hikks, Gara-gara saya, kalian nggak makan, ampuuuun
Ketika putusan hukuman sudah ditimpakan pada seluruh angg kelompok, jangan ragu-ragu untuk diseksekusi, sembari menyisipkan ide pemaafan/ pengampunan disana. Namun ingat, bukan fasilitator/ instruktur yang mengampuni, teman-teman si pelaku yang merasa dirugikan lah yang berhak memaafkan/ mengampuni. Apa setelah kesalahan dimaklumi dan dimaafkan, hukuman jadi dibatalkan? Jelas tidak lah, urusan ampun mengampuni adalah urusan internal peserta. Hukuman tetap hukuman, yang memang perlu ditimpakan karena faktanya kelompok tidak/ belum mencapai target tertentu dalam suatu permainan.
Urusan konsep outbound pengampunan selesai, kita ulang yach. Untuk mengampuni/ memafkan diperlukan suatu kesalahan. Kesalahan terkait dengan suatu tindakan peserta outbound yang merugikan teman-teman anggota kelompoknya, dalam suatu permainan. Dalam sebuah kegagalan permainan, cari si biang kerok, jadikan tersangka, terdakwa, sampai jadi pelaku. Dia itulah yang melakukan kesalahan sehingga hukumannya ditanggung semua anggota kelompok. Setelah itu ide "memaafkan" disodorkan dan diolah bersama para peserta.
Tingkat keberhasilan outbound tema pengampunan ini memang tidak dapat diukur dengan sangat jelas, misalnya dengan menghitung seberapa banyak mereka yang mau memaafkan si pelaku. Toh bisa terjadi ketika misalnya ada 5 permainan dalam outbound, 3 yang gagal total dengan 3 pelaku yang berbeda. Eit,… hati-hati jika sudah masuk ke urusan teknis bisa sangat luas jabarannya, luas? Apa maksudnya. Maksudnya, konsep pengampunan itu seperti tadi, namun untuk menginternalisasinya disesuaikan dengan konteks permainan yang beragam variasinya. Supaya lebih jelas, mari kita masuk pada urusan kira-kira persiapan apa-saja yang diperlukan untuk mengeksekusi skenario outbound pengampunan yang ampun-ampunan ini.
1.  Konsep harus jelas, walau sederhana; dan dipahami oleh semua fasilitator.  Bukan pertama-tama mencari kinerja prestasi kelompok sebagus mungkin, namun justru bagaimana "menciptakan kegagalan teknis" demi mendapat peserta yang layak dipersalahkan. Namun ingat, porsi unsur-unsur: memaafkan, keberhasilan, kegagalan, kebersamaan, kesalahan, dan kerjasama harus ditakar sedemikian rupa sehingga konsep memaafkan dapat diinternalisasi dengan baik, tanpa membuat peserta tawar hati usai selesai proses outbound.
2.  Diperlukan fasilitator yang mumpuni. Saat menyampaikan kompensasi prestasi permainan, mencari "tersangka" sampai menjadikannya "pelaku" perlu seorang fasilitator yang menguasai persoalan. Saat memberi sanksi/ hukuman, dia mesti tegas, bahkan mungkin "kejam", saat menyampaikan wacana pengampunan, dia harus bijaksana. Dan tentu saja dia yang merangkum tema outbound secara keseluruhan mesti bisa merangkaikannya dengan cerdas. Saya sarankan, jika fasilitator tidak ada kemauan keras untuk menghayati konsep pengampunan ini, mending nggak usah digunakan deh outbound tema ini, daripada bikin runyam peserta tanpa bisa menyelesaikannya.
3.  Antara pilihan permainan dan  kompensasi prestasi harus sesuai. Permainan boleh sederhana, namun kompensasi harus dahsyat. Seberapa dahsyat "hukuman" akan sangat menentukan "kualitas pengampunan." Ketika kegagalan suatu kelompok (karena ada pelaku kesalahan) hanya dihukum dengan bernyanyi Potong Bebek Angsa, besar kemungkinan seluruh peserta akan mengabaikan kesalahan pelaku, sehingga urusan "memaafkan/ mengampuni" menjadi absurd untuk didiskusikan dan dihayati. Namun jika hukumannya misalnya tidak mendapat makan siang, maka urusan ampun mengampuni lebih berkualitas untuk diinternalisasi.
Itulah kawan, sebuah gagasan tentang outbound pengampunan. Jika ada yang berpikir "wah, mengada-ada, terlalu di pas-pas-kan logika dan konsepnya" yha memang begitulah. Outbound   itu bagi saya suatu metode yang bisa ditunggangi dengan banyak kepentingan, bahwa untuk bikin skenario yang baik, yha memang perlu di pas-pas-kan, kalo nggak pas, dipaksakan seenaknya, yha hancur deh. Kalo masih ada yang protes lagi, sangsi, kayaknya dia masih perlu berusaha supaya bisa masuk dalam poin 2 di atas, golongan "fasilitator yang mumpuni."
Jika ada yang tanya, sudah berapa kali saya menggunakan konsep pengampunan ini, jawabannya belum. Namun sekedar rahasia, outbound serupa yang beberapa kali pernah saya gunakan adalah ber-teaching point "kontribusi." Intinya dalam (setiap) permainan, peserta menilai sendiri tingkat kontribusi/ peranan terhadap prestasi dan pencapaian kelompok. Unsur subyektifitaslah yang mengemuka, ndak apa-apa, selama fasilitator bisa mengarahkan secara positif sesuai tema, selesai deh urusan kita. Saya curiga, jangan-jangan gara-gara pengalaman outbound "kontribusi" itulah maka urusan outbound "pengampunan" bisa segera tuntas.
Jika ada pembaca yang malah bingung dengan uraian saya tadi, saya mohon ampun karena belum berhasil menjelaskan secara lebih sederhana lagi. Ampuuuuuuun...
Agustinus Susanta, 11 Oktober 2010 jam 11:47.
(Catatan : yang dimaksud Mas Agus dengan 'seorang sahabat' sahabat diatas adalah saya sendiri)

1 komentar: