Dalam rangka Upgrading Personil Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Medan, (Sabtu, 7 Agustus 2010) saya mengikuti pelatihan menjadi fasilitator outbound dengan fasilitatornya seorang teman penulis buku "Merancang Outbound Training Profesional", Mas Agus (Agustinus Susanta). Mantap! Itulah kesan pertama saya saat mencermati lembaran-lembaran modul pelatihannya. Hari ini saya membaca salah satu kutipan favorit pada profilnya difacebook, "Manusia berhenti bermain bukan karena tua, namun manusia menjadi tua karena berhenti bermain". Catatan kecil ini sebuah refleksi saya tentang permainan. Manusia memang homo ludens, makhluk yang senang bermain. Maka, ketika kita tawarkan sebuah permainan dalam situasi apapun, biasanya setiap orang akan memberikan respon yang positif. Bermain memanglah telah menjadi sebuah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Groos (dalam Schaefer, et al., 1991) memandang bermain sebagai sebuah ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting guna mempertahankan hidup. Sementara Erikson (dalam Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan. Dari pandangan dua ahli ini saja, kita melihat betapa permainan telah ditempatkan dalam sebuah posisi yang lebih ideal, tidak sekedar sebagai sesuatu yang menghibur semata. Maka menjadi penting bagi kita, ketika hendak melakukan atau menfasilitasi terlaksananya sebuah permainan, temukan terlebih dahulu apa sesungguhnya pesan dibalik permainan itu yang bisa kita jadikan sebagai poin pembelajaran buat kita. Dewasa ini, dalam pengembangan sumber daya manusia, permainan mendapat porsi yang cukup besar. Lewat sebuah skenario yang terstruktur dan apik, rangkaian permainan dapat dijadikan sebagai media pendidikan karakter. Tetapi sekali lagi ingat, bahwa yang terpenting sebenarnya adalah bukan permainan itu, tetapi makna dibalik permainan yang dapat direfleksikan guna menjadi bekal perjalanan dalam ziarah hidup kita. Dalam menggunakan permainan sebagai sebuah proses pembelajaran dan pendidikan karakter, hendaknya permainan tersebut dikemas dengan baik, sehingga akan mampu menstimulir modalitas kita, baik secara visual, auditori dan kinestetik, yang kemudian akan memberikan kontribusi dalam pergerakan makna sebuah permainan menjadi habitus dari individu yang bermain. Dari berbagai pelatihan berbasis dinamika kelompok yang saya gelar dan didukung dengan berbagai proses belajar, saya coba menguraikan struktur sebuah permainan seperti dibawah ini, yang mudah-mudahan bisa membantu kita untuk lebih optimal memberdayakan sebuah permainan sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter. Struktur Permainan a. Nama permainan Nama permainan biasanya telah ditentukan oleh pencipta permainan itu. Tetapi kita juga bisa bisa memberi nama baru pada permainan yang kita ciptakan baik murni ciptaan sendiri ataupun hasil pengembangan dari berbagai permainan yang telah ada. b. Peserta Ini berkaitan dengan berapa jumlah peserta yang efektif untuk memainkan suatu permainan, dan apakah permainan dilakukan secara individual ataukah kelompok. c. Lokasi (indoor/outdoor) Aspek ini berkaitan dengan lokasi yang cocok untuk sebuah permainan, apakah didalam ruangan (indoor) ataukah diluar ruangan (outdoor), ataukah bisa di dalam maupun diluar ruangan. d. Waktu Berapa lama sebuah permainan tersebut dapat selesai dimainkan. Hal ini penting diketahui sehingga kita dapat menyesuaikannya dengan skenario pelatihan secara keseluruhan. e. Bahan dan alat Berkaitan dengan jumlah dan jenis alat apa saja yang dibutuhkan, alat utama, alat cadangan atau pengganti dan dimana posisi alat tersebut dan bagaimana cara menggunakan. f. Prosedur Bagaimana prosedur sebuah permainan, serta apa reward dan punishment-nya, bagaimana system penilaian/skoring. g. Teaching point Ini merupakan element yang paling penting dari sebuah permainan. Apa sesungguhnya poin pembelajaran dari sebuah permainan, inilah yang harus ditemukan dan dipahami oleh peserta sebuah pelatihan, sehingga permainan tidak sekedar dimainkan. Yang paling penting bukan permainan itu, tetapi nilai-nilai kehidupan yang terkandung didalam sebuah permainan. Tahapan Permainan Nah, setelah kita memahami struktur sebuah permainan sebagaimana telah kami uraikan diatas, maka baik juga dicermati bagaimana sebuah permainan tergelar melalui tahapan-tahapannya. Secara umum, tahapan sebuah permainan adalah sebagai berikut : a. Tahap pertama adalah, penjelasan tentang sebuah permainan, tentang nama permainan, prosedur atau syarat-syarat permainan, waktu, bahan dan alat serta jumlah peserta. b. Tahap kedua, simulasi/peragaan. Ini hanya dilakukan untuk permainan tertentu saja. Tidak semua permainan harus ada simulasi, apalagi ketika permainan itu merupakan sebuah permainan kreatifitas atau problem solving. c. Tahap ketiga, pelaksanaan permainan. Tahapan dimana peserta mulai bermain. d. Tahapan keempat, refleksi/debrief. Inilah tahapan dimana peserta diajak menggali dan menemukan nilai-nilai kehidupan dibalik sebuah permainan. Tahapan ini dilakukan dengan melontarkan pertanyaan, contoh : · Bagaimana perasaan anda selama bermain tadi? · Mengapa anda berhasil/gagal memainkan permainan tersebut? · Nilai – nilai kehidupan apa yang bisa anda temukan dari permainan tadi? · Apa niat positifmu setelah melakukan permainan tadi dan menemukan nilai-nilai kehidupan tersebut? Sedapat mungkin semua peserta diberikan kesempatan menjawab pertanyaan ini, tetapi tetap disesuaikan dengan jumlah peserta dan alokasi waktu yang tersedia. Setelah peserta memberikan jawaban, barulah fasilitator membuat sebuah kesimpulan berdasarkan teaching point dari permainan tersebut. Mengakhiri catatan kecil, kami mengajak semua saja yang berkehendak baik, marilah kita menggalang dan menjadikan permainan sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter, pada setiap kesempatan yang kontekstual. Dan yang terpenting dalam menggelar permainan itu adalah proses refleksi dan pemaknaan. Soal dari mana kita menemukan berbagai bentuk permainan tersebut, anda bisa mulai dengan menyusuri lembar-lembar maya di internet atau mencermati rak-rak buku di toko buku terdekat. Terima kasih. Salam Joss…. (Dari berbagai proses belajar). |
SELAMAT DATANG
Terima Kasih dan Selamat Datang di Bung Joss.
Ini adalah media pembelajar. Anda bisa belajar dan sekaligus anda juga bisa mengajar.
Ini adalah media pembelajar. Anda bisa belajar dan sekaligus anda juga bisa mengajar.
Itulah esensi sebuah semangat berbagi yang coba saya kembangkan di blog ini.
Akhirnya, semoga blog ini berarti bagi anda dan saya. Terima kasih.
Salam Joss....
Salam Joss....
08 November, 2010
PERMAINAN, SEBUAH BENTUK PENDIDIKAN KARAKTER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
saya suka..saya suka.....top bgt....salam sehat dan sukses....
BalasHapustulisannya top bgt.....ditunggu tulisan lainnya tentang kediklatan....sukses sll
BalasHapus