SELAMAT DATANG

Terima Kasih dan Selamat Datang di Bung Joss.

Ini adalah media pembelajar. Anda bisa belajar dan sekaligus anda juga bisa mengajar.

Itulah esensi sebuah semangat berbagi yang coba saya kembangkan di blog ini.

Akhirnya, semoga blog ini berarti bagi anda dan saya. Terima kasih.

Salam Joss....

12 Juni, 2013

ADA APA DENGAN KELUARGA KITA

Sepekan terakhir ini, sungguh menjadi pekan refleksi bagi saya. Satu hal yang menarik, tema refleksinya adalah ‘Keluarga”.


Hari Sabtu yang lalu (25/05), datanglah mertua ke rumah saya, membawa seekor ikan mas yang telah dimasak (diarsik), yang ditata diatas nasi dalam sebuah nampan, lalu menyerahkan kepada kami (anak-menantu dan cucu-cucunya), dan kamipun menikmatinya. Singkat cerita, terjadilah acara makan bersama segenap keluarga. Dalam tradisi Batak, pemberian ikan mas dari pihak orangtua istri ini disebut boan-boan hula-hula (bawaan dari keluarga pihak istri). Pada saat menyerahkan boan-boan ini, mertua saya mengatakan bahwa ini adalah dengke sitio-tio (ikan yang jernihdan dengke simudurudur (ikan yang beriring-iringan berenang-renang hilir mudik). Tujuan pemberian nama ikan yang jernih adalah mendoakan kepada Tuhan agar segala hal yang berhubungan dengan pihak boru-nya (anak perempuannya beserta suami dan anak-anaknya) tetaplah jernih seperti air. Sementara tujuan pemberian nama ikan yang berenang beriring-iringan adalah agar dengan bantuan Tuhan pihak boru-nya tetap seia sekata sehati dalam segala hal, pekerjaan dan usaha menuju kebahagiaan dan kemakmuran.  Bagi saya yang kebetulan bukan orang Batak, boan-boan hula-hula ini sungguh sarat akan makna cinta dan penuh dengan doa restu, yang patut saya syukuri karena saya bisa menerimanya. Sebuah tradisi eksotik dan fantastik yang wajib dilestarikan, dalam hidup keluarga masa kini dengan berbagai dinamikanya. Sudahkah kita memperhatikan dan melestarikannya? Kitalah yang tahu!
Kemarin, seharian saya belajar "Brief Family Therapy" bersama Dr. Adriana Ginanjar, M.Sc, Psikolog dari Universitas Indonesia. Dalam lapangan psikologi, Terapi Keluarga mulai berkembang pada tahun 1950, bermula dari sebuah penelitian terhadap pasien skizofrenia, yang menyimpulkan bahwa keluarga dapat menjadi penyebab munculnya simtom-simtom skizofrenia dan dinamika patologis lebih banyak disebabkan oleh karena interaksi dalam keluarga, bukan karena karakteristik individu. Beberapa konsep penting dari Terapi Keluarga yang perlu mendapat perhatian dapat saya kemukakan antara lain, 1)munculnya masalah berkaitan dengan interaksi dalam keluarga dan lingkungan sosial, bukan disebabkan oleh satu orang tertentu, 2)rangkaian interaksi yang tidak tepat dapat memperburuk masalah yang ada, 3)anggota keluarga cenderung menggunakan komunikasi tidak langsung  dan menunda umpan balik, 4) pada dasarnya manusia memiliki kompetensi tetapi terhambat oleh interaksi keluarga yang tidak produktif. Bagi saya, konsep Terapi Keluarga ini sungguh mengingatkan saya (dan mungkin kita semua), tentang bagaimana sebenarnya situasi terkini dari kualitas interaksi di dalam keluarga saya (dan juga keluarga kita semua). Sungguh produktif dan mantapkah kualitas interaksi keluarga kita? Bila belum, usaha-usaha apa yang telah kita lakukan dan mungkin harus kita lakukan untuk memperbaiki kualitas interaksi di dalam keluarga kita? Kitalah yang tahu!

Hari ini, mulai dari siang sampai sore saya menghadiri dua undangan perkawinan, lalu dari sore sampai malam, saya menghadiri sebuah seminar tentang "Pencatatan Perkawinan dan Kelahiran". Bermula dari mata lalu turunlah ke hati, maka terjadilah perjumpaan dua insan, asam di gunung ikan dilaut bertemu di dalam belanga, yang kemudian bersepakat mengarungi segara kehidupan, diatas bahtera yang direstui menurut hukum agama masing-masing, bahtera yang berlayar setelah mendapat izin dari otoritas kelautan setempat, hehe..
Bahtera itu mulai berlayar, mungkin sering diterpa ombak-ombak kecil atau bahkan tak jarang badai datang menerjang...tetapi bahtera itu harus terus maju...arah angin memang tak bisa diubah dan diatur...tetapi tentu arah layar dapat dikondisikan oleh para awak bahtera tentunya. Pertanyaan tegasnya, sudahkah kita mengikat janji atau ijab kabul perkawinan dengan kehendak bebas dan berlangsung dalam ritus agama kita secara sah dan sudahkah perkawinan ini tercatat secara sipil menurut ketentuan di Republik tercinta? Sudahkah anak-anak yang dititipkan Tuhan pada kita juga mendapatkan perlindungan hak-hak perdatanya karena memiliki akta kelahiran? Kitalah yang tahu!   

Sahabat….kita semua memang berangkat dari keluarga...maka ingatlah selalu, bahwa apapun situasi dan pola hidup-pola asuh-pola tingkah keluarga kita masing-masing, akan menentukan siapakah kita dan bagaimana cara kita berpikir, cara kita merasa, cara kita bertindak dan memberi respon, dalam situasi-tempat apapun dan dengan siapapun. Disisi lain, keluarga juga dapat menjadi obat mujarab untuk berbagai penyakit kehidupan, termasuk kesesakan, keresahan dan kegalauan. Keluarga memang memiliki berbagai dimensi.....agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, biologis, psikologis dll....yang sungguh perlu perhatian dan kerja keras... agar semuanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan optimal menuju ke tepian nan cerah. Bila ini terjadi, maka tersenyumlah Sang Pemilik Kehidupan ini.

Sahabat....selamat menemukan, membangun dan mengembangkan keluarga kita masing-masing, dengan berbagai dimensi dan dinamikanya. Selamat berkeluarga….!
Salam Joss....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar