SELAMAT DATANG

Terima Kasih dan Selamat Datang di Bung Joss.

Ini adalah media pembelajar. Anda bisa belajar dan sekaligus anda juga bisa mengajar.

Itulah esensi sebuah semangat berbagi yang coba saya kembangkan di blog ini.

Akhirnya, semoga blog ini berarti bagi anda dan saya. Terima kasih.

Salam Joss....

08 Desember, 2010

MEMINIMALISIR AGRESIFITAS DENGAN DENGAN PERUBAHAN TATA RUANG KERJA


“Ketika hidup tak lagi dihargai, jadilah pembela kehidupan. Ketika hidup tak lagi dimaknai, jadilah pembudaya kehidupan. Masih adakah keberanian untuk membela dan membudayakan hidup yang sudah rusak-rusakan ini ? Tanyalah pada hati nurani, yang menjadi dering pengingat kehidupan” (Anicetus Windarto).

Sepenggal puisi Anicetus Windarto diatas, bukannya tanpa alasan ketika saya letakkan pada tempat pertama dari tulisan ini. Betapa tidak, dewasa ini hidup dan kehidupan segenap makhluk termasuk alam semesta sudah terancam eksistensinya, ditandai dengan semakin akrabnya kita dengan segala hal yang berbau agresi, apakah itu lewat tontonan mata telanjang secara langsung, maupun sajian televisi. Apakah lewat berita di media cetak, ataukah propaganda advertising. Apakah itu dilakukan secara personal, maupun yang dilakukan secara struktural oleh oleh tiga poros kehidupan, yaitu poros masyarakat warga, poros pasar maupun poros negara. 
Yang lebih parah lagi ketika seringkali kita tidak sadar kalau kita ternyata adalah pelaku agresifitas itu sendiri. Seringkali kita juga terbiasa dan merasa biasa-biasa saja dalam situasi maupun budaya yang kental dengan agresifitas. Harus kita sadari, sesungguhya agresifitas ada di sekitar kita. Agresifitas yang merendahkan harkat dan martabat manusia ciptaan Allah, sudah saatnya kita cegah, kita minimalisir ataupun kita hentikan. Tetapi tentunya dalam upaya ini, pantang bagi kita untuk melakukannya justru dengan melahirkan agresifitas  baru. Agresifitas sejatinya tidak dihadapi dengan agresifitas juga. Dan sudah pasti akan lebih berarti peran kita, saat kita melakukan serangkaian ikhtiar yang mampu mencegah ataupun meminimalisir agresifitas. Tulisan ini hanya akan membatasi uraiannya dalam bingkai minimalisir agresifitas dengan perubahan tata ruang kerja atau lebih tepatnya penataan ruang kerja yang dapat meminimalisir agresifitas. Ihktiar ke arah ini juga bisa merupakan sebuah tindakan mencegah dan membatasi agresifitas tanpa menggunakan upaya-upaya agresif atau kekerasan.

Memaknai dan Mengurai Agresi
Robert A. Baron dalam buku Psikologi Sosial II telah memberikan batasan tentang agresi, yaitu tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan untuk menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu (Baron et al, 2005 : 137). Dari batasan ini, kita dapat mencermati bahwa ternyata sebuah agresi terbentuk dari 4 unsur utama, yaitu :  1)tingkah laku, 2)diarakan (secara sadar/sengaja), 3)menyakiti, 4) makhluk hidup lain (korban). Dalam konteks ini, kata “menyakiti” sejatinya dapat dimaknai secara luas, yaitu : membunuh, merusak, menghina, melecehkan, melukai, mengecewakan, mengancam, mengintimidasi, menindas, menjajah, memperdaya, memfitnah dan masih banyak lagi kata dengan makna yang sama atau mirip, yang bisa kita kita ungkapkan sendiri. Batasan ini, terkesan sangat luas memang, tidak saja tingkah laku itu menyakiti secara fisik semata, tetapi juga dapat dimaknai bahwa tingkah laku agresi juga dapat menyakiti secara psikis. Batasan ini juga dapat membantu kita ketika hendak mengurai anatomi sebuah tingkah laku agresif, dengan pertanyaan : siapa pelakunya,  dilakukan secara personal atau struktural, siapa korbannya, apa penyebab dan motifnya, dimana, kapan dan berapa lama dilakukan, bagaimana dampaknya terhadap korban serta bagaimana modus operandinya.  Apapun jawaban yang kita temukan ketika mengurai anatomi sebuah tingkah laku agresi, tetaplah tidak merubah premis umum bahwa agresi itu menyakitkan, sehingga harus dicegah, diminimalisir dan dihentikan.
          Dewasa ini telah kita ketahui ada banyak  teori yang  dikemukakan para ahli, berkaitan dengan penyebab timbulnya agresi, namun dalam kesempatan ini kami hendak mengemukakan Teori Dorongan Berkowitz, 1989 dan Fesbach, 1984 (Ibid :138) dan Teori Modern Agresi Anderson dkk, 1996-1997 (Ibid : 139), yang akan berhubungan secara langsung dengan konklusi yang kami rekomendasikan, yaitu penataan ruang kerja yang dapat meminimalisir agresifitas. Menurut Teori Dorongan, kondisi-kondisi eksternal (frustrasi, kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan) akan membangkitkan motif yang kuat dalam diri seseorang untuk melakukan agresi terbuka. Sementara itu menurut Teori Agresi Modern, agresi disebabkan oleh banyak faktor dan variable, dan salah satunya adalah semua hal yang dapat menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan – termasuk karena suhu udara yang tinggi. Mencermati dua teori agresi ini, kiranya kita telah menemukan sebuah benang merah yang menghubungkan perilaku agresifitas dengan tata ruang, yaitu kondisi tata ruang yang tidak nyaman dapat berpotensi melahirkan tingkah laku agresif.  
Sebagai gambaran buat kita berkaitan dengan hubungan antara suhu panas dengan agresi, Robert A. Baron juga telah mengemukakan sebuah fakta yang menarik, agresi akan meningkat selagi suhu udara meningkat (Ibid :155). Disamping itu seberapa jauh pengaruh lingkungan pemukiman kumuh terhadap perilaku penghuninya, juga telah diteliti oleh Clinard, Abbot dan Paul Bell di Uganda-Afrika, seperti yang ditulis oleh Zuryawan Isvandiar Zoebir dalam Blog-nya yang kami akses pada tanggal 2 Feberuari 2009. Kondisi pemukiman kumuh, berpengaruh pada tingginya angka kejahatan, hal itu antara lain disebabkan karena kurangnya fasilitas di permukiman kumuh, listrik, drainase, tempat buang sampah, WC yang teratur, yang semuanya jauh dari layak. Akibat lain dari minimnya sarana dan prasarana tersebut menimbulkan pula berbagai perilaku menyimpang, dan bahkan kejahatan sebagai problem sosial seperti pencurian, perkelahian, keapatisan, membuang kotoran disembarang tempat dan sebagainya (Clinard dan Abbott, 1973 dalam Zoebir, 2008).
Yang menarik bagi kami adalah sebuah informasi yang kami download dari http://kapanlagi.com , tentang korelasi antara tingginya suhu udara dengan agresi.  Tim peneliti dari Institut Psikiatri London, berkesimpulan bahwa tingkat bunuh diri naik selama musim berudara panas. Kesimpulan itu diperoleh lewat analisa yang dilakukan terhadap 50 ribu kasus bunuh diri yang terjadi di Inggris dan Wales, pada durasi tahun 1993-2003. Dalam penelitian yang dilansir di Jurnal Psikiatri Inggris itu diketahui bahwa rata-rata kasus bunuh diri mencapai puncaknya ketika temperatur harian mencapai angka lebih dari temperatur normal di sana yaitu 18 Celcius. Para peneliti mengamati fakta bahwa tiap satu derajat kenaikan suhu harian dari angka 18 Celcius terjadi kasus bunuh diri yang juga naik hampir 4%.
Tidak cuma itu, kenaikan suhu ternyata juga berdampak terhadap peningkatan jumlah kasus bunuh diri dengan kekerasan. Kasus bunuh diri yang disertai kekerasan naik 5% setiap kenaikan 1 derajat Celcius. Menanggapi hasil penelitian ini, seorang pakar, Dr Lisa Page, mengatakan bahwa memang terdapat beberapa kemungkinan alasan yang bisa mengaitkan antara suhu yang lebih panas dan jumlah kasus bunuh diri. Ia juga menjelaskan efek temperatur udara yang lebih panas bisa mempengaruhi jumlah zat kimia serotonin di otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati.
Sebuah informasi menarik juga disampaikan oleh Page, "Selama bulan-bulan musim panas volume serotonin di otak ternyata berkurang, alias lebih sedikit daripada kondisi pada musim-musim yang bukan musim panas."

Menciptakan Tata Ruang Kerja Yang Nyaman
Dalam psikologi lingkungan, manusia dilihat dari interaksi dengan lingkungan fisiknya, termasuk lingkungan alamiah. Yang dilihat pengaruh lingkungan fisik terhadap manusia dan perilaku manusia terhadap lingkungan fisiknya. Di sini interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya dibatasi pada lingkungan fisik ciptaan atau binaan seperti rumah, gedung, taman dan semua hasil rekayasa manusia. Dalam kaitan dengan tulisan ini, maka lingkungan fisiknya dibatasi hanya pada lingkungan tempat kerja (kantor) saja.
Setiap tempat kerja harus memiliki fasilitas dan infrastruktur lengkap, sehingga kenyamanan dan kesehatan kerja dapat dirasakan oleh semua orang yang bekerja disitu. Hemat penulis berdasarkan pengalaman, ada beberapa elemen di tempat kerja (selanjutnya disebut kantor) berkaitan dengan tata ruang yang perlu dikondisikan demi menciptakan keamanan dan kenyamanan tempat kerja :
1.     Pekarangan atau halaman.
Hal ini hanya berlaku bagi kantor yang memiliki pekarangan, sebab saat ini sudah banyak kantor yang berada digedung-gedung bertingkat tanpa pekarangan. Pekarangan atau halaman sebuah kantor tidak perlu harus terlalu luas, mengingat saat ini, kita telah dihadapkan dengan berkurangnya lahan juga mahalnya harga lahan, khususnya untuk daerah kota. Walaupun lahan kantor terbatas, strateginya adalah dengan membuat taman bunga skala mini, sehingga ketika para pekerja tiba dikantornya, kesejukan taman tersebut telah menyambutnya. Baik juga jika memungkinkan, tanamlah 1-2 pohon peneduh, dari jenis kayu yang tajuknya bulat namun tidak terlalu besar, seperti Tanjung (Mimosop elengi) atau baik juga ditanam dengan pohon buah-buahan, sehingga selain menikmati keteduhan, produksi oksigen disiang hari yang cukup, kita juga dapat menikmati buahnya. Jenis tanaman buah-buahan yang dianjurkan antara lain mangga, jambu air dan jeruk. Saat ini juga banyak bibit pohon buah-buahan yang bisa ditanam dalam pot (sudah langsung disediakan oleh para penangkar tanaman buah).

2.     Posisi bangunan.
Posisi bangunan kantor sebaiknya jauh dari pemukiman padat dan tempat hiburan yang tidak sehat, tetapi terletak dijalan yang mudah diakses oleh para pekerja dari arah manapun, baik dengan kendaraan sendiri maupun dengan kendaraan umum. Kalau kantor kita disebuah gedung bertingkat, baiknya posisinya tidak jauh dari pintu utama gedung, tangga, lift, escalator, maupun tangga darurat. Dengan posisi yang demikian, para pekerja akan mudah mengakses tempat kerjanya dan berujung pada kenyamanan yang mereka rasakan dalam perjalanan menuju tempat kerja. Bisa dibayangkan bagaimana suasana hati pekerja yang hanya menuju kantornya saja mereka sudah disibukkan dengan akses yang sulit, jaraknya jauh, atau pun karena kemacetan lalu lintas.

 3.     Kontruksi bangunan.
Kontruksi bangunan harus mendapat perhatian sehingga kenyamanan juga bisa dirasakan para pekerja yang bekerja didalam bangunan itu. Misalnya, kontruksi yang tidak terlalu banyak tiang yang berada ditengah-tengah ruangan. Untuk itu, dalam membangun, hendaknya diserahkan disainnya kepada arsitek sehingga walau tidak memiliki banyak tiang, bangunan itu tetap kuat, kokoh dan aman. Penting juga diperhatikan, kalau kantor kita terletak disebuah gedung bertingkat, maka hendaknya pagar atau pembatas pada tepi bangunan terbuat dari beton yang kuat dan aman. Selain itu, demi sirkulasi udara yang lancar, sebuah kantor harus memiliki ventilasi pintu dan jendela yang cukup serta jarak antara lantai dengan plafon cukup tinggi (4-5 meter). Kalau bangunan hanya satu lantai saja, maka atap bangunan hendaknya terbuat dari bahan bahan yang dapat meredam suara hujan, sehingga tidak akan terjadi kebisingan saat hujan turun pada jam-jam kerja.

4.     Pengaturan ruangan kerja.
Ruangan kerja setiap bagian dari sebuah kantor hendaknya ditata sebaik mungkin. Jika sebuah kantor memiliki beberapa divisi, maka batas ruangan staf dari setiap divisi cukup dibuat dengan sekat-sekat (partisi) saja. Hindari menggunakan ruangan yang tertutup dindingnya dari lantai sampai ke plafon. Dan didalam ruangan masing-masing divisi, dibiarkan terbuka saja tanpa sekat yang membatasi setiap meja setiap pegawainya. Untuk kenyaman ruangan kerja dapat digunakan penyejuk ruangan seperti AC. Tetapi bila ruangan kerja terletak disebuah bangunan tunggal dan memiliki pekarangan yang luas dan teduh, maka cukup diperbanyak ventilasi. Pada beberapa sudut ruangan, demi keindahan dan keasrian, letakan sebuah pot berisi bunga. Kalau memungkinkan dari sisi dana, maka gunakan lantai kayu sehingga ruangan terasa sangat sejuk.
Posisi kamar mandi dan wc hendaknya jauh dari ruangan kerja, dan selalu dijaga kebersihannya. Sejatinya ruangan kerja harus tertata rapi, sehingga ruangan selalu  terasa elok dipandang mata.

5.     Sarana dan ornamen pendukung.
Sarana kerja seperti meja, kursi, lemari, computer dan lain-lainnya harus ditata sebaik mungkin, tetap melancarkan pekerjaan tetapi posisinya tidak mengganggu dimata kita serta tidak mengambat mobilitas orang yang lewat didalam sebuah ruangan kerja. Ornamen pendukung yang kami maksudkan disini adalah segala sesuatu (material) yang bisa kita tempatkan didalam sebuah ruangan kerja sehingga dapat membuat ruangan menjadi cantik, indah dan asri, seperti berbagai benda seni berupa lukisan, patung dan ornament seni lainnya.
Perlu juga diperhatikan untuk menghidupkan atau memasang musik-musik yang lembut pada siang hari, sehingga suasana hati setiap pekerja bisa menjadi lebih tenang walau suhu udara di luar sedang panas-panasnya.

6.     Sirkulasi Udara dan Pencahayaan.
Ruangan kerja perlu memiliki sirkulasi udara yang baik atau memiliki fasilitas pendingin ruangan, sehingga suhu ruangan tetap terasa sejuk. Ruangan kerja juga perlu mendapat cahaya yang cukup. Jika ruangan kerja terletak di sebuah bangunan tunggal, maka hendaknya ruangan itu memiliki ventilasi pintu dan jendela yang cukup, sehingga cahaya dari luar leluas masuk kedalam. Bila ruangan kerja terletak disebuah bangunan yang bertingkat, maka pilihlah ruang kerja yang berada dibagian pinggir atau tepi bangunan. Kalau ruangan kerja berada ditengah-tengah gedung, maka pasanglah lampu yang terang dengan jumlah yang cukup. Prinsipnya hindari ruangan kerja yang terkesan remang-remang, kurangnya pencahayaan, serta udaranya teras panas dan sesak.

7.     Warna.
Pilihan warna untuk kantor tak sekedar mempengaruhi penampilan kantor itu, tetapi juga bisa mempengaruhi mood dan mencerminkan kepribadian para pekerja yang bekerja diruangan kantor tersebut. Kebanyakan di Indonesia, orang menggunakan warna minimalis, seperti putih, abu-abu dengan sedikit hitam, coklat ataupun warna hijau. Padahal, kita bisa membuat warna kantor kita sedikit berbeda. Secara umum telah kita ketahui, selain warna primer (merah, biru dan kuning), ada pula warna sekunder. Warna sekunder adalah campuran dari warna-warna primer, seperti warna orange adalah campuran warna merah dengan kuning, warna biru dicampur merah menjadi ungu, warna biru dicampur kuning menjad hijau. Untuk dinding luar ruangan, bisa kita gunakan warna putih, abu-abi dengan sedikit lis hitam. Sementara untuk ruangan dalam, biasa digunakan warna-warna tersier atau campuran warna primer dan sekunder, seperti merah dengan jingga atau biru dengan ungu.

Menurut desainer interior Maya Pangestu, warna dapat memberikan efek tertentu secara emosional. Anda mungkin tidak menyadari kenapa mood Anda berubah jelek ketika memasuki ruang kantor. Namun, Anda justru merasa lebih nyaman ketika Anda berada di rumah. Lihatlah warna ruangan kantor dan rumah Anda? Adakah perbedaan warna di kedua ruangan tersebut? Jika Anda menginginkan ada mood positif di ruang kerja Anda, maka ubahlah warna catnya.

Dari berbagai sumber yang berhasil kami himpun ditambah dengan pemahaman serta pengalaman kami,  masing-masing warna memiliki arti tersendiri dan memberikan efek psikologis bagi si penggunanya. Merah memberi dampak dinamis, sensual, dan mewah. Cenderung mendatangkan energi, aktif, suasana hangat dan komunikatif, optimis, antusias, dan bersemangat. Warna merah juga dapat meningkatkan aliran darah dalam tubuh. Untuk Anda yang ingin mendapatkan atmosfer energi muda, ceria, dan romantis, gunakan cat berwarna merah muda. Warna merah jambu (pink) simbol kasih sayang dan cinta. Karena itu menimbulkan kesan lembut dan menenangkan.

Warna ini juga menggambarkan sifat kekanak-kanakan. Warna kuning memberi suasana kehangatan, bercahaya dan cerah dalam ruangan. Kuning mewakili matahari yang cerah, membangkitkan energi, mood dan vitalitas.
Warna oranye memberikan efek energik, fit, ramah dan kreatif. Berkarakter mirip dengan warna merah, tapi lebih feminin dan bersahabat. Warna ini melambangkan sosialisasi, penuh harapan, percaya diri,
dapat menimbulkan perasaan positif, senang, gembira, dan optimis, penuh energi, bisa mengurangi depresi atau perasaan tertekan. Bila berlebihan justru akan merangsang perilaku hiperaktif.
Jika ingin mendapatkan kesan rustic, aman, kaya, dan tahan lama, pilihlah warna cokelat. Warna ini merupakan warna netral yang natural, hangat, rendah hati, melindungi
, stabil, menghadirkan kenyamanan, memberi kesan anggun, dan elegan.

Biru mengesankan sesuatu yang konstan, keharmonisan, kebenaran, ketenangan dan kesan lapang. Pemakaian warna biru dapat menimbulkan perasaan tenang dan dingin, melahirkan perasaan sejuk, tenteram, hening, dan damai, nyaman dan aman. Warna ini juga memiliki kesan etnik, antik, country-style.
Kesan alamiah dan segar dalam ruangan dapat Anda dapatkan jika menggunakan warna hijau. Ruangan Anda akan terasa lebih segar, tenang, dan sejuk. Jika emosi Anda kurang stabil, gunakan warna ini dalam ruangan untuk menyeimbangkan emosi. Atmosfer spiritual, magis, dan mistis dimiliki oleh warna ungu. Warna ini mampu menarik perhatian orang. Warna ini sensual, feminin, antik, anggun, dan hangat.
Warna putih memancarkan kesan orisinalitas, ringan, polos, tenteram, nyaman, terang. Terlalu banyak warna putih bisa menimbulkan perasaan dingin, steril, kaku, dan terisolir. Hitam memancarkan kekuatan, misterius, klasik dan elegan. Abu-abu, termasuk warna netral yang dapat menciptakan kesan serius, juga menenteramkan dan menimbulkan perasaan damai. Kesan lain dari abu-abu antara lain independen dan stabil, menciptakan keheningan dan kesan luas.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari uraian data-data hasil penelitian serta informasi kami diatas dapat disimpulkan bahwa  dengan mendisain tata ruang kerja sedemikian rupa, bisa meminimalisir bahkan mencegah perilaku agresif dari para pekerja yang bekerja disebuah kantor. Memang mendisain tata ruang kerja yang nyaman dan menyenangkan, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tetapi biaya yang tidak sedikit ini tidak ada apa-apanya jika kita bandingkan dengan biaya pemulihan dampak dari serangkaian agresifitas yang mungkin dilakukan para pekerja sebuah kantor karena tata ruang kantornya tidak nyaman. Agresifitas berpotensi menimbulkan kerugian dalam angka yang cukup besar.
Dengan demikian, jika ruang kerja Anda saat ini kurang nyaman, kami rekomendasikan untuk melakukan penataan ulang atas ruang kerja itu sehingga anda terhindar dari perilaku agresif atau dalam pikiran Anda tidak tercetus sebuah keinginan yang mengerikan dan merugikan, yaitu melakukan tindakan agresi. Dengan demikian, anda akan menjadi seorang pembela kehidupan, yang mampu menghargai hidup dan kehidupan setiap makhluk dimuka bumi, seperti yang diharapkan dari sepenggal puisi Anicetus Windarto diawal tulisan ini.
(Yoseph Tien)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar